President Wife is A Man Chapter 11, 12 dan 13

Chapter 11 : Bibi Li

PERINGATAN R-18, yang lagi puasa silahkan di-skip

PUASA MBAK, MAS, PUASA.
Ahem, biar lebih enak lagi hurufnya tak putihin, yang masih mau baca tinggal diblok saja. Ufu. 

“Nhnn…” Ke Yan mencium Jiang Qi untuk membangunkannya. Jiang Qi yang masih linglung mendorong bahu Ke Yan dengan tangannya.

Ke Yan membuka dan mengangkat baju tidur Jiang Qi, dengan lembut membelai tubuh Jiang Qi dan mencubit ringan pinggangnya. Jiang Qi merasakan sedikit sakit tetapi tubuhnya terlalu lemah untuk melawan, sepenuhnya diperlakukan sepenuh hati oleh Ke Yan.

Ke Yan dari mencium bibir Jiang Qi lanjut turun dan mulai mencium dagunya lalu turun ke leher. Dengan lembut menggigit dan menjilat agar rasa sakit hilang meninggalkan tanda-tanda merah satu setelah lainnya. Tanda-tanda merah tersebut terlihat kontras dengan cupang-cupang sebelumnya yang kini berubah menjadi ungu. Ia lanjut menciumi Jiang Qi hingga berakhir di dada kenyal Jiang Qi, meninggalkan jejak cupang baru sepanjang jalan.

“Ngnn… Ke Yan!!” Akhirnya Jiang Qi bangun dari pikirannya yang tadi berkabut dan wajahnya perlahan memerah.

Ke Yan sekali lagi menyosor bibir Jiang Qi dan menciumnya, setelahnya ia berujar, “Anak baik… cepat panggil aku Yan.”

“En…..Yan.”

(TL : Yan adalah nama lahir Ke Yan. Sedangkan Ke adalah nama keluarganya.)

Tangan Ke Yan menuju celana tidur Jiang Qi, untuk menggenggam… Jiang Qi memerah dan darah dengan cepat melonjak ke atas, “Ah… mmmm,” Jiang Qi mengelurkan erangan manis, kedua tangannya berpegangan pada punggung telanjang Ke Yan.

Ke Yan melepaskan celana Jiang Qi, jarinya perlahan memasuki Jiang Qi… Akhirnya terbuka lebar, jari-jemari pun ditarik ke luar. Siap untuk memasuki… “Ai… tunggu, tunggu, tunggu,” Jiang Qi coba menghentikan, “Pakai pelindung….”

Ke Yan dengan cepat menjawab, “Tidak perlu!”

Lalu kemudian dengan langsung memasuki tubuh Jiang Qi.

R-18 SELESAI

NGGA TERGODA ATAU KHILAF KAN YA?

***

Setelahnya… Jiang Qi terkulai lemah di dada Ke Yan untuk berpelukkan, “Capeknya, pinggangku juga sakit.”

Ke Yan membantu memijat pinggang Jiang Qi, “Kau tidak perlu begerak, aku juga capek ah.”

Jiang Qi berbalik menghadap Ke Yan dan berkata, “Kalau begitu… lain kali biarkan aku berada di atas.”

“Jangan coba-coba memikirkan itu… istriku,” Ke Yan menampol pinggang Jiang Qi sambil menggodanya.

Dengan ekspresi Jiang Qi mencubit Ke Yan dan dengan muram berkata, “ Aku mau mandi.”

“Baiklah,” Ke Yan mengangkat Jiang Qi dari tempat tidur dan membawanya ke arah kamar mandi.

Ding Dong….

Dua orang laki-laki keluar dari kamar mandi. Saat keduanya tengah berpakaian, tiba-tiba bel di lantai bawah berbunyi. Ke Yan cepat-cepat memakai pakaiannya dan berkata, “Aku akan membuka pintu.”

“Tuan Muda….”

Berdiri di luar adalah orang yang ditugaskan untuk memasak di rumah kediamanan Keluarga Ke. Semua orang memanggilnya Bibi Lu. Dengan sifatnya yang periang, ia selalu tersenyum sepanjang hari. Suaminya adalah butler keluarga Ke, karenanya Ke Yan lumayan kenal dengannya.

“Masuk ba.”

“Oke.” Keduanya berjalan memasuki ruang tamu dan kebetulan Jiang Qi turun dari lantai atas. Melihat orang yang tidak dikenal, Jiang Qi sedikit terkejut.

Bibi Li juga terkejut melihat Jiang Qi. Kenapa ada orang lain di rumah Tuan Muda? Terlebih lagi seorang laki-laki? Dan mengenakan baju santai? Teman Tuan Muda kah? Di pikiran Bibi Li terbesit beberapa pertanyaan tetapi ia tidak membuka mulut untuk menanyakannya.

“Bibi ini?” tanya Jiang Qi.

“Bibi Li, kemari untuk memasak,” jawab Ke Yan dan duduk di sofa.

“Halo, apa kabar… Panggil saja saya Bibi Li,” sapa Bibi Li.

“Oh, halo. Namaku Jiang Qi.”

“Tuan Jiang….”

“Oh, tidak perlu basa basi, panggil saja Jiang Qi.”

“Oke, Jiang Qi.” Bibi Li memanggilnya sambil tertawa ‘he he.” Semakin ia melihat Jiang Qi semakin suka ia. Tinggi dan tampan ditambah lagi sangat mudah untuk berteman. Akan lebih baik jika dia perempuan ah… bisa minta Tuan Muda untuk menjadikannya istri.

“Hmm?” Bibi melihat banyak tanda-tanda merah dan beberapa sudah berubah menjadi ungu di leher Jiang Qi.

 “Jiang Qi ah…. lehermu begitu…. kau punya semacam alergi? Atau karena digigit nyamuk? Kau butuh obat untuk dioleskan?”

Jiang Qi kehilangan kata-kata, malu sepenuhnya dan mencoba menutupi lehernya. Ke Yan menyelamatkannya tepat waktu dengan menjawab, “Yeah… dia digigit nyamuk tapi dia sudah mengoleskan obat di atasnya.”

“Oh, bagus kalau begitu. Bibi akan mulai memasak sekarang.”

Jiang Qi duduk di sebelah Ke Yan dan bertanya: “Hei, kenapa tiba-tiba Bibi Li kemari untuk memasak?”

“Aku takut suatu hari kau akan membakar dapur.” Setelah berhenti sejenak dia kembali berkata: “Juga, aku takut suatu hari tanganmu akan terluka lagi.” Setelah menyelesaikan kalimatnya Ke Yan tertawa. Mau bagaimana lagi, Ke Yan tidak bisa disalahkan karena mentertawakan Jiang Qi. Orang sepertinya benar-benar langka. Bagaimana bisa mencuci tangan ujung-ujungnya terluka dengan pisau. Wajah Jiang Qi memerah malu, ia mengangkat tangannya dan mencubit lengan Ke Yan.

“Aku akan membantu Bibi Li menyipakan makanan,” selesai berbicara ia melarikan diri ke dapur. Ke Yan tidak menghentikannya karena dia tahu Jiang Qi akan diusir nantinya.

Bibi Li yang bersiap untuk memasak mendengar suara tawa Ke Yan dan merasa terkejut, wajahnya menunjukan ekspresi tidak percaya. Orang yang tertawa itu Tuan Muda kita yang sedingin es ne?

Bibi Li meragukan pendengarannya.

Tepat pada saat itu Jiang Qi masuk ke dapur dan mengganggu pemikiran Bibi Li: “Bibi Li, aku akan membantumu memasak ba.”

“Baiklah ba.” Bibi Li tersenyum dan menjawab.

Tetapi tidak lama kemudian, seperti yang telah Ke Yan perkirakan. Bibi Li memegang spatula menendang Jiang Qi dari dapur sambil bergumam: “Pokoknya tidak boleh membiarkan Jiang Qi ke dapur.”

Jiang Qi yang merasa lesu kembali ke sisi Ke Yan. Ke Yan membelai dan mengelus kepala Jiang Qi: “Tidak apa-apa… menonton tv denganku saja ba.”

Bibi Li kembali ke rumah kediaman keluarga Ke, berjalan memasuki ruangan yang ditata ala Eropa dan melihat nonanya yang cantik dan anggun berbaring di sofa dengan kepala berada di bantal sambil membaca komik.

Bibi Li melaporkan semua yang ia lihat hari ini padanya.

Perempuan tersebut memiliki ekspresi penasaran di wajahnya: “Oh?” keluar dari bibirnya.

Jiang Qi ah? Penasaran untuk tahu seperti apa dia!


Chapter 12 : Rival atau Mak Comblang?

Hari ini Jiang Qi pergi ke kantor agak pagi.

Tidak diduga-duga ia bertemu dengan Wang Si Qi yang tengah menunggu lift.

“Selamat pagi, Manajer Wang.”

Hari ini Wang Si Qi dengan rapi menata rambut bergelombangnya untuk jatuh ke atas bahu, menggunakan blouse berwarna lavender tanpa lengan dan rok pendek berwarna putih, terlihat sedikit elegan. Pakaian ini tepat seperti apa yang Xiao an tunjukkan di majalah pada Jiang Qi minggu lalu sambil memuji kecantikan yang terpancar karenanya.

“Oh, Manajer Jiang, selamat pagi.” Wang Si Qi mengeluarkan senyuman anggun tetapi hatinya pedih ketika ia mengingat apa yang terjadi saat traktiran makan siang kemarin.

Ding!

Pintu lift terbuka dan keduanya berjalan memasuki interiornya. “Kudengar kau mengenal asisten Presiden, Yang Shao Yu?” Wang Si Qi memecah keheningaan yang berada di lift dengan pertanyaannya.

“Iya, aku mengenalnya.”

“Kalau begitu….” Belum selesai, lift sudah sampai di lantai yang di tuju. Wang Si Qi berjalan keluar: “Manajer Jiang, kalau kau punya waktu nanti, bagaimana kalau kita bertemu setelah bekerja untuk mengobrol?”

Setelah ragu sejenak, Jiang Qi menjawab: “Oke.”

Lift perlahan-lahan tertutup dan Jiang Qi tiba-tiba menyadari sesuatu: Nanti, bertemu di mana oh?

Makan siang, Jiang Qi dan Xiao an pergi ke kantin untuk makan, duduk berhadap-hadapan. Tangan Xiao an memegang sepasang sumpit dan satunya lagi memegang sendok, berujar sambil mengisyaratkan: “Jiang Qi, kau melihat Wang Si Qi hari ini? Pakaiannya cantik dan penampilannya bagus ah. Katakan padaku, kenapa penampilanku tidak cantik. Tidak canti juga tidak apa, tetapi kenapa wajahku seperti bakpao ah.” Saat bekerja Xiao an akan memanggil Jiang Qi sebagai manajer, tetapi saat tidak ia akan langsung memanggil namanya.

Melihat ekspresi sedih Xiao an, Jiang Wi tertawa sebentar lalu kemudian menghiburnya: “Wajah bakpao tidak buruk ah!”

Mendengar kata-kata hibur dari Jiang Qi, Xiao an menatap langit-langit: “Kau benar-benar tidak tahu bagaimana cara menghibur orang, di saat seperti ini kau harus berkata bahwa wajah bakpao juga imut, baru benar.” Sambil berkata ia menggunakan kedua tangannya untuk memangku wajah dan mengedipkan kedua matanya beberapa kali pada Jiang Qi.

Jiang Qi langsung merinding.

“Tapi, jadi cantik itu impian semua perempuan”

“Tidak usah berpikir lagi, cepat makan. Aku sudah selesai jadi aku pergi duluan.”

“Ai, kenapa kau tidak menungguku, sama sekali tidak ada sikap gentlemannya.” Xiao an berseru nyaring.

Karena hal itu, Jiang Qi kembali duduk dan menunggu Xiao an menghabiskan makanannya.

******

Setelah bekerja. Jiang Qi bertemu Wang Si Qi di pintu masuk perusahaan.

Wang Si Qi tersenyum manis kepadanya dan berkata: “Ayo pergi ke seberang untuk minum kopi.”

“Baiklah, ayo.”

Keduanya duduk dengan kopi masing-masing. Wang Si Qi memulai obrolan mereka dan langsung bertanya: “Manajer Jiang, sebelumnya kau bilang kenal dengan asisten Yang, jadi kalian berdua teman atau…?”

“Kami berteman dan dulu berada di universitas yang sama.”

Dalam pikiran Jiang Qi : Jangan katakan dia suka Yang Shao Yu?

“Oh.” Wang Si Qi berhenti sejenak lalu melanjutkan: “Kalau begitu, kau juga dekat dengan Presiden Ke?” Setelah menyelesaikan pertanyaannya, rona merah dapat dilihat di wajahnya.

Jantung Jiang Qi hampir copot, akhirnya ia tahu jalan pikiran Wang Si Qi. Cangkir kopi yang berada di tangannya terasa berat dan ia berpikir untuk melemparkannya pada wajah cantik Wang Si Qi.

Wang Si Qi tentu saja tidak sadar dan terus tersenyum manis dna berkata: “Asisten Yang dan Presiden Ke juga teman baik, jadi kau….”

“Meski aku dan Asisten Yang berteman, tapi aku tidak dekat dengan Presiden.” Jiang Qi memotong kalimat Wang Si Qi.

“Oh, benarkah?” Wajah Wang Si Qi tiba-tiba berubah, tidak lagi tersenyum. Nadanya juga berubah menjadi dingin. Dirinya merasa Jiang Qi sengaja tidak mau membantunya.

Yah, kenyataannya, apa yang dia pikirkan sama sekali tidak salah. Tepat pada saat itu, telepon Jiang Qi tiba-tiba berbunyi. Ia menjawab teleponnya, ternyata yang memanggilnya adalah Bibi Li.

[Halo, Jiang Qi. Hari ini bibi ingin memasak makan malam tetapi tidak ada bahan yang tersisa di kulkas. Bantu bibi membelinya ke supermarket ya?]

“Baiklah, aku akan membelinya saat kembali. Dah.”

Menutup telepon, Jiang Qi meminta maaf pada Wang Si Qi sambil tersenyum: “Aku punya urusan jadi aku akan pergi duluan. Hari ini aku yang traktir.”

Selesai berbicara ia menaruh uang ke atas meja dan pergi. Melihat siluet Jiang Qi dari belakang, wajah cantik Wang Si QI berubah, menggigit bibirnya dengan marah.

Pada saat itu, seorang laki-laki yang sedikit gendut duduk di kursi yang tadi di tempati Juang Qi, dengan gugup memutar jari-jemarinya, dengan suara bergetar ia berkata: “Wang…. Manajer Wang, aku… aku… aku…suka…suka padamu dari dulu…tolong… tolong… terima aku.” Setelahnya ia dengan gugup menundukkan kepalanya, keringat terlihat bercucuran dari dahinya.

Wang Si Qi menatap laki-laki di depannya dan dengan jijik mengambil tas tangannya dan berdiri. Dengan dingin ia melontarkan kata-kata: “Memangnya kau punya kualifikasi? Lihat wajahmu di kaca ba!”

Ia berjalan keluar cafe tanpa berbalik sedikit pun.


Chapter 13 : Jiang Qi Mengundang Ke Yan untuk Makan

Jiang Qi pergi ke supermarket, tetapi ia hanya membeli kentang dan Bok Choy1.

Di rumah, Bibi Li melihat belanjaan Jiang Qi, sekali melihat ia berpikir: Kenapa hanya membeli kentang dan Bok Choy? Jangan bilang mau masak masakan vegetarian?

Bibi bertanya: “Jiang Qi ah, hari ini mau masak masakan apa?”

Jiang Qi tidak menjawab pertanyaan Bibi Li, ia malah balik bertanya: “Ke Yan sudah pulang?”

“Ah belum, bibi pikir sebentar lagi sampai ba.”

“Oh…. bibi Li, hari ini aku saja yang masak.”

“Kau yang memasak?” Suara Bibi Li terguncang, ia tidak bisa melupakan pemandangan horor ketika Jiang Qi membantunya memasak.

 “Jangan khawatir, aku bisa memasak dua masakan ini, aku sudah biasa melakukannya.”

 “Sudah biasa?” Bibi Li sedikit tidak yakin bertanya: “Jangan bilang kau masak untuk Tuan Muda makan ba?”

 “Tepat sekali.”

“Apa?!”

Melihat Bibi Li yang diam tak bergeming, Jiang Qi dengan lembut mendorongnya keluar dapur: “Bibi Li, kau tidak perlu khawatir, aku bisa melakukannya dengan baik hari ini jadi bibi bisa pulang cepat ba.”

“Kalau begitu, Bibi pulang duluan ah?”

“Oke, Dah Bi.”

Melihat sosok Bibi Li yang pergi, Jiang Qi kembali memasuki dapur. Mengambil Bok Choy dari plastik untuk dicuci. Ia mencuci daunnya satu per satu dan mematahkannya dengan tangan, setelahnya merendam sayuran tersebut dalam air. Ia kemudian mengambil kentang dan meletakkannya pada talenan lalu mengupas kulitnya menggunakan pisau. Dalam sekali kedipan mata, kentang yang tadinya bulat berubah menjadi kotak-kotak berukuran kecil.

Setelahnya ia lanjut memotong beberapa kentang menjadi kotak-kotak kecil.

Yah, sebenarnya potongannya tidak begitu kecil, setiap kotak berukuran kurang lebih seukuran jari Jiang Qi. Biasanya, Jiang Qi akan perhatian dan lebih berhati-hati memotong kentang-kentang tersebut tetapi hari ini….

Ia menghidupkan api, menuangkan minyak goreng dan memasukkan semua kentang ke penggorengan. Ia menambahkan kecap yang biasanya tidak ia gunakan, mengambil botol garam dan menuangkan setengah isinya. Dan tanpa menunggu kentang-kentang tersebut masak, ia mengeluarkannya dari penggorengan dan menatanya di piring. Ia mengambil Bok Choy yang tadi di rendam dan meletakkannya di talenan lalu mengangkat pisau….

‘Tak…Tak….’

Ia dengan santai memotong Bok Choy, tidak peduli jika potongan tersebut kecil atau besar, beberapa bahkan tidak terpotong dengan baik, ia kemudian memasukkannya pada penggorengan. Dengan lebih kejam ia mengambil botol gula dan menuangkannya sampai habis, menambahkan air dan merebusnya. Selanjutnya ia mengambil “Bok Choy manis” dan mencampurkannya dengan “Kentang asin” di dalam mangkuk besar dan menunggu Ke Yan pulang ke rumah untuk memakannya….

Jiang Qi meletakkan hidangannya di atas meja, ia juga tidak memasak nasi, hanya membuat satu hidangan saja….

Ke Yan yang memasuki rumah melihat Jiang Qi yang bengong berdiri di sebelah meja, bertanya: “Ada apa?”

Jiang Qi melihat Ke Yan sudah pulang, mengambil tangan Ke Yan dan menariknya ke arah meja makan untuk duduk, mengambil sumpit dan meletakkannya ke tangan Ke Yan lalu mengisyaratkannya untuk makan.

Ke Yan melihat hidangan mengerikan yang ada di meja makan, merasa sedikit merinding, lalu menatap wajah Jiang Qi yang muram: “Apa yang terjadi hari ini?”

“Kau makan dulu.”

Menatap hidangan yang ada di meja lalu menatap Jiang Qi kembali, Ke Yan merasa ia berada di situasi yang sulit. Dengan berat hati ia mengangkat sumpit dan memakan Bok Choy yang kemudian dengan cepat ia keluarkan kembali, terlalu manis. Ia kemudian mengambil kentang dan memakannya… terlalu asin. Jiang Qi melihat ekspresi Ke Yan dan merasa lucu, ia tertawa terbahak-bahak.

Melihat Jiang Qi yang tertawa, Ke Yan menghela nafas lega:

“Apa yang terjadi?”

“Kau selalu memikat bunga mekar2.” (Bunga mekar : Perempuan cantik)

“Bunga mekar? Siapa ah?” Ke Yan bertanya pada Jiang Qi, merasa tidak yakin.

“Wang Si Qi. Hari ini memintaku untuk menjadi mak comblang untuk kau dan dia.”

“Apa? Ah, dia sungguh kompeten.” Ejek Ke Yan, tersenyum penuh cemooh.

Jiang Qi melihat Ke Yan yang tersenyum seperti itu tahu kalau dia sedang marah dan bertanya kaget: “Kenapa kau marah, aku saja tidak marah.”

 “Karena dia seharusnya tidak membuatmu marah, jika hal seperti itu terjadi lagi dalam masa mendatang, aku tidak akan memaafkannya.”

Jiang Qi tentu tahu apa yang dimaksud hal seperti itu oleh Ke Yan: “Jangan khawatir, itu tidak akan terjadi lagi.”

Catatan :

1Di chapter sebelumnya ternyata bukan kubis tetapi Bok Choy

8997931_d12532c8-23db-4675-9c1e-b0daf7ed49c7

[Sebelumnya] [Daftar Isi] [Selanjutnya]

Leave a comment